Bismillah, pada
kesempatan kali ini saya akan menuliskan tentang dua do’a yang biasa atau umum digunakan. Namun sayangnya, saat ditela'ah lebih jauh, ternyata do’a tersebut tak memiliki
dalil atau tanpa sumber. Biasa digunakan bukan berarti bisa menjadi jaminan
keshahihannya.
Memang pada hakikatnya, do’a bisa dilakukan dalam berbagai bentuk (bahasa), tapi bila sudah ada patokan do’a yang dicontohkan, maka dilaranglah kita berdo’a menggunakan bentuk (bahasa) yang dikehendaki.
Memang pada hakikatnya, do’a bisa dilakukan dalam berbagai bentuk (bahasa), tapi bila sudah ada patokan do’a yang dicontohkan, maka dilaranglah kita berdo’a menggunakan bentuk (bahasa) yang dikehendaki.
1.
Do'a Berbuka Shaum
Pada saat ramadhan, doa yang biasa kita dengar saat berbuka
shaum, baik di hampir semua media elektronik maupun beberapa majelis adalah “Allahumma
laka shumtu wa bika aamantu wa 'ala rizq-ika aftarthu”, do’a
tersebut memiliki arti “Ya Allah,
kepada-Mu aku shaum dan kepada-Mu aku berbuka.”
Do’a
tersebut telah dinilai dhaif oleh al-Albani dalam kitab Shahih wa Dhaif Sunan
Abu Daud. Dalam kitab tersebut Abu Daud
berkata:
‘Musaddad telah menyampaikan kepada kami, Hasyim telah
menyampaikan kepada kami dari Hushain, dari Mu’adz bin Zuhrah, bahwasanya dia
menyampaikan, ‘Sesungguhnya jika Nabi Muhammad berbuka shaum, beliau
mengucapkan, ‘Allahumma laka shumtu wa ‘ala rizqika afthartu.’
Sekilas, memang lengkap betul riwayat yang tertulis, sehingga mungkin sebagian media informasi di Indonesia sedikit tergesa-gesa
dalam menyimpulkan derajat keshahihan hadits di atas. Untuk itu, mari kita
perhatikan lagi nama-nama perawi yang disebutkan di atas. Tersebutlah nama
Mua’dz, dan hampir semua ulama telah sepakat bahwa Mua’dz ini tidak dianggap sebagai
perawi yang tsiqah (tsiqah secara bahasa adalah terpercaya), hanya Ibnu Hibban
yang memasukkan nama Mua’dz sebagai perawi yang tsiqah.
Sementara kita ketahui bahwasanya Ibnu Hiban terkenal di kalangan ulama sebagai orang yang matasahil (bermudah-mudahan dalam menentukan keshahihan hadits).
Penguat dari keterangan tersebut adalah adanya pendapat yang menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang tabi’in. Tentulah hadits ini mesti menjadi mursal (di atas tabi’in terputus). Perlu diketahui bahwa hadits mursal tergolong dha’if karena sanad yang terputus. Dari uraian di atas, semoga jelaslah bahwa hadits tersebut diragukan derajat keshahihannya, ataupun tergolong hadits yang dha’if.
Sementara kita ketahui bahwasanya Ibnu Hiban terkenal di kalangan ulama sebagai orang yang matasahil (bermudah-mudahan dalam menentukan keshahihan hadits).
Penguat dari keterangan tersebut adalah adanya pendapat yang menyebutkan bahwa Mu’adz adalah seorang tabi’in. Tentulah hadits ini mesti menjadi mursal (di atas tabi’in terputus). Perlu diketahui bahwa hadits mursal tergolong dha’if karena sanad yang terputus. Dari uraian di atas, semoga jelaslah bahwa hadits tersebut diragukan derajat keshahihannya, ataupun tergolong hadits yang dha’if.
Do’a Berbuka Shaum Yang Benar
Terdapat
sebuah hadits shahih tentang do'a berbuka shaum. Diriwayatkan langsung
dari Nabi Muhammad, yaitu:
"Dzahabazh zhama’u wabtallatil
‘uruqu wa tsabatal ajru insya Allah.”
(HR. Abu Daud)
Artinya: Telah hilang rasa haus dahaga, dan urat-urat telah basah, dan pahala akan kita peroleh, jika Allah menghendaki.
Periwayat
hadits ini adalah Abdullah bin Umar. Secara lengkap, bahwa pada awal hadits ini
terdapat kalimat pengantar redaksi "Abdullah bin Umar berkata: ‘Jika Rasulullah
Muhammad berbuka shaum, beliau mengucapkan ….dst."
Maksud dari kalimat telah hilanglah dahaga dan basahnya kerongkongan, tentu mengikuti makna dari kata ‘telah’, yaitu do’a ini dibaca setelah membatalkan shaum dengan makan atau minum pada saat (sudah) waktunya berbuka. Do’a ini tidak digunakan sebelum kita membatalkan shaum. Lantas sesaat sebelum kita berbuka, hendaklah hanya menyebut nama Allah Ta’ala (basmallah).
Maksud dari kalimat telah hilanglah dahaga dan basahnya kerongkongan, tentu mengikuti makna dari kata ‘telah’, yaitu do’a ini dibaca setelah membatalkan shaum dengan makan atau minum pada saat (sudah) waktunya berbuka. Do’a ini tidak digunakan sebelum kita membatalkan shaum. Lantas sesaat sebelum kita berbuka, hendaklah hanya menyebut nama Allah Ta’ala (basmallah).
2.
Do’a Untuk Kedua Orangtua
Do’a untuk kedua orangtua ini, di kalangan masyarakat biasa
menyebutkan dengan lafadz “Rabbighfirli waliwalidayya warhamhuma kamaarabbayaani saghira."
Artinya “Ya (Allah) Rabbku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil."
Artinya “Ya (Allah) Rabbku, ampunilah dosaku dan dosa ayah serta ibuku, kasihanilah mereka sebagaimana kasih mereka padaku sewaktu aku masih kecil."
Jujur saja, atas nama kekurangan ilmu, sejauh ini saya belum mendapatkan sumber (dalil) dari do’a tersebut. Dari sekian banyak tanya yang telah saya sampaikan, belum ada satu saja penjawab yang tahu sumber muasal do’a tersebut. Saya (kita) bisa menemukan do’a yang nyaris serupa pada surat al-Israa ayat ke 24, pada ayat tersebut terdapat kalimat:
“Rabbir hamhuma kama rabbayani shaghirra”
Artinya:
Wahai Tuhanku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
pada waktu kecil.
Tentu harus timbul sebuah
pertanyaan baru: dimulai dari mana, oleh siapa dan sejak kapan ayat tersebut
mendapat penambahan kalimat “Rabbighfirli waliwalidayya.” Telah terjadi sebuah penambahan perkara baru dalam do’a
ini, telah nyata pula kejelasannya bahwa do’a dengan penambahan kalimat “Rabbighfirli
waliwalidayya” sama sekali tidak ada dalil
muasalnya.
Do’a Untuk Kedua Orangtua Yang Benar
Seperti
sudah dipaparkan di atas, penambahan kalimat “Rabbighfirli
waliwalidayya” tidaklah ada
sumbernya, dan tentu tidak tepat jua penempatan penambahan kalimat pada ayat 24 surat al-Israa. Maka dari itu, ada beberapa do’a lain yang sering
dipanjatkan untuk kedua orangtua, tentu berdasarkan pada ayat Al-Qur’an tanpa
menambahan-nambahkan kalimat baru. Diantaranya:
Surat Ibrahim ayat 40-41:
Robbij'alni
muqimas-sholati wa min zurriyyati, robbna wataqobbal du'a. Robbanagfirli wa li
walidayya wa lil mu'miniina yauma yaqumul hisab
Artinya: Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap
mendirikan shalat, ya Tuhan kami perkenankanlah doaku. Ya Tuhan kami berikanlah
ampunan kepadaku dan kepada kedua ibu bapakku dan sekalian orang-orang mukmin
pada hari terjadinya hisab (hari kiamat).
Surat Al-Israa ayat 24:
Wakh
fidh lahumaa janaahadz
dzulli minar rahmati wa qur rabbir hamhumaa kamaa rabbayaanii shaghiiraa.
Artinya: Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan kasih
sayang, dan ucapkanlah, Wahai Tuhanku, sayangilah
keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.
Surat
Nuh ayat 28:
Rabbighfirlii
waliwaalidayya waliman dakhala baytiya mu’minawwalilmu’miniina waalmu’minaati,
walaa tazidi alzhzhaalimiina illaa tabaaran.
Artinya: Wahai Tuhanku, ampunilah aku, ibu bapakku,
orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang
zalim itu selain kebinasaan.
Sekali lagi, pada dasarnya kita boleh berdo’a dengan bahasa
yang kita fahami, akan tetapi jika telah ada do’a yang memiliki patokan (sudah dicontohkan), maka kita harus mengikuti patokan tersebut. Tak mungkin Allah memberikan dalil dan percontohan tanpa maksud, tentu saja Allah jauh lebih mengetahui yang terbaik untuk
kita gunakan. Wallahu a'lam bish-shawab.
رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا وَاغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ »
BalasHapus“Ya Tuhanku, ampunilah dosa saya dan kedua orang tua saya, rahmatilah mereka sebagaimana mereka mendidik saya waktu kecil. Berilah ampunan pula bagi orang-orang mukmin dan muslim, yang laki-laki atau wanita, yang masih hidup ataupun yang telah meninggal”. (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, Al Iraqi menilainya sebagai hadis hasan)
Afwan, bisa diinfokan nomor haditsnya Imam Abu Daud?
HapusTerima kasih ... kedua bahasan tersebut sangat bermanfaat .. thnks
BalasHapusTrim infonya....apkah doa untuk anak agar cerdas, alim yg ad dalilnya dan sunnah nabi
BalasHapusBagus ada haditsnya, kalo hanya dari pembahasan al quran tidak ditemukan kita cari haditsnya
BalasHapusAda akhi d alquran doa untuk diri sndori, orangtua, dan mukmin lainya
HapusDiniatkam dzikir atau permohonan dan bukan diniatkan tilawah al quran...
Hapusbermanfaat seklai, insyaa Allah doa-doa kita yang pernah dipanjatkan diijabah oleh Allah SWT, Aamin..
BalasHapusApakah gak ada dalil gal boleh d pakai??
BalasHapusBoleh...
HapusDoa itu udh lama melekat dan sy pakai... Bahkan dengan bahasa indonesiapun kita bisa berdo'a. Apa dengan penambahan firli waliwalidayya doa itu tdk layak pakai?
BalasHapusBerdoa utk kebaikan redaksinya bebas... Ga usah fanatik dalil
HapusAlhamdulillah, sangat bermanfaat.
BalasHapusTersebutlah nama Mua’dz, dan hampir semua ulama telah sepakat bahwa Mua’dz ini tidak dianggap sebagai perawi yang tsiqah (tsiqah secara bahasa adalah terpercaya), hanya Ibnu Hibban yang memasukkan nama Mua’dz sebagai perawi yang tsiqah.
BalasHapusSementara kita ketahui bahwasanya Ibnu Hiban terkenal di kalangan ulama sebagai orang yang matasahil (bermudah-mudahan dalam menentukan keshahihan hadits).
Lalu kedudukan anda dibandingkan dengan Mua'dz dan Ibnu Hiban seperti apa? Anda lebih alim dari mereka berdua atau bagaimana?
Doa bersumber dari QS. Nuh 28 dan QS. Al Isra' 24.
BalasHapusWallahu a'lam bisshawab.
Jazakallahu khairan katsiran ��
Allah maha mengetahui, dengan do'a apapun dan bahasa apapun,
BalasHapusSemua amalan yg ada di bumi ini dan sampai kepada kita semua pasti ada riwayat dannperiwayatan baik dr Qur'an, hadist, Sunnah sahabat atau iamam dan oara alim.
Janganlah merubah rubah kebaikan yg sdh Masyur kemudian dengan dalih harus ada dalil, apakah kebenaran membutuhkan dalil....???
Kebenaran akan diamini oleh siapapun bahkan oleh penentangnya sekalipun.
1 + 1 = 2 tanpa dalil apapun kebenaran akan dianggap kebenaran,apakah dengan tanpa adanya dalil 1+1 kmudian dianggap sama dengan 5....?????
Barakallooh...
BalasHapusSemangat Dakwah.. tunjukan kebenaran .
Lebih baik kita menjalankan yg ada dalam Al Qur'an.. walaupun semua yg tidak ada dalam Al Qur'an In Syaa Allooh juga di Terima.
Namun jika kita sudah tau dan faham ada dalil nya.. sebaik nya ikuti yg ber Dalil.
Kebenaran Hanya Milik Allooh.
Barakaah Terimakasih ilmunya
BalasHapusSaya bukan ustad..Tapi akal ini harus berfungsi. Apakah bacaan doa harus dibatasi? Namanya juga doa, Anda bisa minta apa saja kepada Tuhan, hal2 yang baik untuk diri anda, keluarga anda dan orang yg andq cintai..
BalasHapuskalian yg pada coment ngapain pakai dalil. kalau di alquran sudah jelas. surat ibrahim, surat nuh dan al isra... kalau di sumbernya udah jelas gak usah di tambah tambahin
BalasHapusDiniatkan dzikir atau permohonan secars umum dan bukan tilawah al quran..
BalasHapus