Bermula dari adanya pertanyaan dari seorang anonim di akun ask.fm beberapa bulan yang lalu, tentang agama yang tak bisa membuat kita kaya. Mengingatkan pada pertanyaan serupa yang justru sempat pula hadir di benak saya, mungkin saat itu awal tahun 2010. Banyak sekali jawaban yang malah tak masuk akal, sementara islam sendiri mengajarkan kita untuk berfikir. Ya, berfikir. Dan Alhamdulillah tahun lalu saya mendapat jawaban akademis mengenai konsep ini dari salah seorang guru, Pak Yosis. Maka dengan banyaknya keterbatasan ilmu, saya coba membahas konsekuensi terlogis menjadi seorang muslim adalah kaya raya.
A. Apa Agama Mendidik Kita Untuk Merasa Miskin?
Entah dengan agama lain, dalam islam Allah sungguh tak pernah mendidik kita untuk merasa miskin. Misalkan bukti pada surat An-Najm ayat 44-45 terdapat keterangan yang saling bersandingan.
Lawan kata dari mati adalah hidup (ayat 44).
"dan bahwasanya Dialah yang mematikan dan menghidupkan." (QS. 53 : 44).
Lawan kata dari perempuan adalah laki-laki (ayat 45).
"dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan, laki-laki dan perempuan." (QS. 53 : 45)
Justru berbeda pada ayat ke 48 pada surat yang sama (An-Najm), di mana konsep Allah menyandingkan kata kaya dengan berkecukupan, bukan kaya dengan miskin. Lawan kata kaya adalah cukup.
"dan bahwasanya Dia yang memberikan, kekayaan dan memberikan kecukupan." (QS. 53:48).Iya, islam sungguh tak pernah mendidik kita untuk bermental miskin. Hanya rasa tak bersyukur saja yang membuat orang merasa miskin.
B. Tak Hanya Sebatas Mental
Kalau ingin hitung-hitungan menggunakan materi, jawabannya adalah tentu saja islam bisa membuat kita kaya secara materi. Meski ini tak bisa digeneralisir, bergantung pada tolak ukur kaya setiap orang, tapi selama kita bersyukur, maka konsep ini akan berlaku. Syarat lainnya adalah dengan mengamalkan islam secara kaffah, sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 208.
"Hai orang-orang yang beriman! Masuklah kalian ke dalam Islam
secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti
langkah-langkah setan karena sesungguhnya setan adalah musuh besar bagi
kalian.” (Al-Baqarah : 208)
Untuk bisa menjalankan islam secara kaffah, tentu ada syarat yang mesti dikerjakan. Syarat itu adalah rukun islam. (Rukun = Syarat). Berikut adalah uraiannya secara singkat.
1. Syahadat
Baik untuk islam keturunan atau mualaf, pada tahap pertama ini sama sekali tidak harus mengeluarkan biaya.
2. Shalat
Shalat harus dilakukan dengan beberapa syarat, seperti menutup aurat, serta tubuh dan pakaian yang dalam keadaan suci. Pada tahap kedua ini, kita mulai dididik untuk memiliki sedikit uang dengan cara mengeluarkan biaya, setidaknya untuk membersihkan pakaian dan membeli alat-alat shalat.
3. Zakat
Zakat bisa berarti tumbuh, memperbaiki, dan sejumlah harta yang wajib dikeluarkan oleh seseorang untuk diberikan pada golongan yang berhak. Sudah jelas, pada tahap ketiga ini kita sudah didorong untuk berada dalam golongan mampu, tentu saja tujuannya agar termasuk golongan yang bisa/ wajib mengeluarkan zakat.
4. Shaum
Ada banyak sekali pendapat mengenai shaum ini. Namun kesemuanya memiliki inti yang sama, Allah menginginkan kita lebih belajar menahan hawa nafsu, membuang sifat konsumtif tak karuan (mubazir), dan hidup penuh dengan kesyukuran. Seharusnya pada tahap ini, kita banyak belajar untuk tak menghamburkan uang. Pada 'level' empat ini pula, kita sudah digiring untuk memiliki cukup uang sebagai media pembelajaran menahan hawa nafsu.
5. Naik Haji
Naik haji merupakan puncak dari rasionalitas seorang muslim 'harus' kaya. Terlepas dari faktor non materi dan faktor X, harus kita akui untuk menjalankan ibadah ini diperlukan biaya yang tak sedikit.
Kelima rukun (syarat) islam ini memang bertahap dalam pengaplikasiannya, mulai dari rukun satu, lalu ke rukun dua, dan seterusnya. Sekali lagi, ada banyak faktor yang mendukung seseorang masuk islam secara kaffah, tak sesempit pembahasan ini. Namun untuk menyesuaikan dengan tema, maka pembahasan hanya berbatas tentang biaya (materi).
Semoga jelas sudah penjelasan di atas. Jadi, alangkah lebih baiknya mulai sekarang mari kita ganti niat kita, bukan untuk menjadi orang kaya, melainkan menjadi seorang muslim yang menjalankan islam secara kaffah. InsyaAllah dengan niat ibadah, masuk islam secara kaffah, semua usaha kita akan dimudahkan. Jika tak kaya, minimalnya kita akan dicukupkan.
Ah, ya. Satu lagi, pada konsep bahasan ini tak ada istilah shalawatan untuk jadi kaya. Sama sekali tak ada karena terlalu menyimpang dari asosiasi makna shalawat itu sendiri. InsyaAllah di lain kesempatan akan ada bahasan perbedaan shalawat dengan shalawatan.
Wallahu a'lam bish-shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar